STRATEGI PENANAMAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI
Oleh; Siti Purwati, S. Ag.
Pendidikan adalah faktor penting membentuk karakter bangsa. Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Orang tua memasukkan anakny pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan bukan hanya membentuk anak-anak menjadi pintar melainkan juga membentuk mereka menjadi baik, menjadi warga Negara dan pemimpin yang baik. Pernyataan Socrates mengenai tujuan yang paling mendasar dari pendidikan, yaitu membuat seseorang “good and semart”. Manusia yang terdidik seharusnya menjadi orang yang bijak, yaitu yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal saleh), dan dapat hidup secara bijak dalam seluruh aspek kehidupan berkeluarga, bertetangga, dan bermasyarakat dan bernegara. Jadi pendidikan dikatakan berhasil adalah yang dapat membentuk manusia-manusia yang berkarakter yang sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah Negara kebangsaan yang terhormat.
Seorang ahli Daniel Goleman mengatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar ditentukan oleh kecerdasan emosi (80%) dan hanya 20% ditentukan oleh faktor kecerdasan kognitif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada 13 faktor penunjang keberhasilan seseorang di dunia kerja, hampir 80% nya tergantung pada kualitas karakter seseorang, yaitu: jujur dan dapat diandalkan, bisa dipercaya dan tepat waktu, bisa menyesuaikan diri dengan orang lain, bisa bekerja sama dengan atasan, bisa menerima dan menjalankan kewajiban, mempunyai motivasi yang kuat untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri, berpikir bahwa dirinya berharga, bisa berkomunikasi dan mendengarkan secara efektif, bisa bekerja mandiri dengan supervise minimum, dapat menyelesaikan masalah pribadi dan profesinya.
Mengapa pendidikan karakter harus dimulai sejak usia dini? Ada pepatah yang mengatakan bahwa mengajarkan anak-anak kecil ibaratnya menulis di atas batu, yang akan terus menerus membekas sampai tua. Sedangkan mengajarkan para orang dewasa diibaratkan seperti menulis di atas air, yang akan cepat sirna dan tidak akan membekas. Namun, sayangnya diantara sekian banyak lembaga Pendidikan Anak Usia dini yang ada, baik yang sudah lama berdiri maupun yang baru bermunculan. Hanya segelintir kecil yang memasukkan nilai karakter secara formal di dalam pembelajarannya. Bahkan ada lembaga pendidikan anak usia dini yang belum memperhatikan sama sekali pentingnya penanaman nilai/pilar karakter dalam kegiatan pembelajaran di lembaganya, sekalipun hanya penanaman nilai/karakter yang bersifat non formal atau penyisipan di dalam rangkaian pembelajaran.
Salah satu sebab utamanya karena sistem pendidikan kita belum memiliki kurikulum pendidikan karakter. Sistem pendidikan moral kita selama ijni hanya sampai pada tahap kognitif saja, atau hafalan semata, belum menyentuh perasaan dan perubahan perilaku. Padahal yang seharusnya, pendidikan karakter yang diberikan disekolah adalah pendidikan yang membentuk kepribadian siswa, yaitu pribadi yang bijaksana, terhormat dan bertanggungjawab melalui kurikulum pendidikan yang hasilnya terlihat dalam kehidupan nyata.
Peneladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari perlu ditanamkan sejak usia dini. Hal ini karena pembentukan karakter yang berkualitas tidak terbentuk secara instan. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak merupakan kunci utama untuk membangun bangsa.
Peran guru dalam pembelajaran adalah menerapkan kurikulum berbasis karakter. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang melibatkan penanaman pengetahuan, kecintaan dan penanaman perilaku kebaikan yang menjadi sebuah pola/kebiasaan. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan pada anak-anak adalah nilai-nilai universal dimana seluruh agama, tradisi dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya, suku dan agama. Menurut Indonesia Heritage Foundation (IHF) nilai-nilai yang layak diajarkan pada anak-anak adalah: (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya, (2) kemandirian, disiplin dan tanggung jawab, (3) Kejujuran/amanah, bijaksana, (4) hormat dan sopan santun, (5) dermaqan dan suka menolong dan gotong royong, (6) percaya diri, kreatif, dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Pada prakteknya pendidikan karakter pada kegiatan harian di lembaga PAUD (metode pengaliran nilai-nilai karakter) dilakukan dengan teknik formal dan non formal.
1. Metode pengaliran pilar secara formal terdiri dari metode Knowing-Feeling (menggali pengetahuan dan perasaan) dan Acting-Feeling (merasakan dengan praktek langsung) serta ada afirmasi yaitu penegasan sebagai anak berkarakter yang dilakukan setiap hari setelah kegiatan formal dengan tepuk, yel-yel dan juga lagu-lagu. Metode Knowing-Feeling dilakukan dengan mengenalkan Buku pilar, buku cerita, boneka tangan, dll. Bentuk kegiatannya yaiotu bercerita dan berdiskusi. Sedangkan pada metode Acting Feeling media yang digunakan tergantung kebutuhan untuk acting nya dan biasanya bentuk kegiatannya yaitu bermain peran, simulasi, games, dll.
2. Metode pengaliran pilar secara non formal (dilaksanakan selama proses pembelajaran di sekolah untuk semua pilar) yaitu dengan: (1) pemberian contoh yang konsisten dari guru; (2) pemberian label positif untuk anak; (3) apresiasi guru terhadap karakter anak; (4) pendampingan dan pengawasan guru dalam setiap kegiatan.
Pendidik PAUD memiliki peran sangat besar dalam menjalankan peran mereka selama proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan bagi para peserta didik. Dalam hal ini para pendidik PAUD harus bekerja ekstra dibandingkan pendidik ditingkat pendidikan lainnya. Oleh sebab itu merupakan kewajiban pendidik untuk dapat memiliki karakter yang menunjang mereka untuk menjalankan tugasnya serta berinteraksi baik dengan anak sebagai peserta didik dalam pembelajaran. Pendidik PAUD sebagai model, maka penaman karakter tidak hanya diucapkan tetapi harus diberikan contoh kepada anak-anak. Dan pendidikan karakter harus dilakukan secara terencana, terfokus dan koprehensi, agar pembentukan masyarakat yang berkarakter akan terwujud.
(*Pendidik Kelompok Bermain Kartika Desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Jawa Tengah).
Komentar
Posting Komentar